Kata La Nina berasal dari Bahasa Spanyol yang berarti “anak perempuan”. Secara ilmiah, La Nina menggambarkan penurunan suhu permukaan laut di Samudera Pasifik yang lebih rendah dari perairan sekitarnya. Terkadang La Nina disebut kondisi normal (Baca: Sejarah Singkat Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi pada Sektor Perikanan dan Kelautan di Nusantara).
Kepala Sub Bidang Produksi Informasi Iklim dan Kualitas Udara, Siswanto mengatakan bahwa fenomena La Nina merupakan suatu kondisi penyimpangan suhu permukaan pada laut Samudera Pasifik Tropis bagian tengah dan timur yang lebih dingin daripada kondisi normalnya (Tirto).
Selain itu, perubahan suhu permukaan laut tersebut juga dibarengi dengan perubahan sirkulasi atmosfer di atasnya berupa peningkatan angin pasat timuran yang lebih kuat dari biasanya.
Proses Terjadinya La Nina (Sumber: Agroklimatologippks) |
Fenomena ini terjadi akibat munculnya Angin Passat (trade wind), yang menyebabkan air laut menjadi lebih hangat di Perairan Pasifik barat. Sehingga Perairan Indonesia menjadi lebih hangat dari biasanya (Baca: Pertumbuhan Ekonomi Sumberdaya Laut Indonesia).
Berdasar intensitasnya, La Nina diklasifikasikan menjadi 3 bagian antara lain:
- La Nina Lemah (Weak La Nina), yaitu terjadi akibat penyimpangan suhu muka laut di perairan Pasifik ekuator 0º C s/d -0,5º C yang terjadi minimal 6 bulan berturut-turut.
- La Nina sedang (Moderate La Nina), yaitu terjadi akibat penyimpangan suhu muka laut di perairan Pasifik ekuator -0,5º C s/d -1º C yang terjadi minimal 6 bulan berturut-turut.
- La Nina kuat (Strong La Nina), yaitu terjadi akibat penyimpangan suhu muka laut di perairan Pasifik ekuator < -1,0º C yang terjadi minimal 6 bulan berturut-turut.
Dampak La Nina
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Apa itu Fenomena La Nina yang Bisa Berdampak Bencana di Indonesia?", Klik untuk baca: https://nasional.kompas.com/read/2020/10/11/14552641/apa-itu-fenomena-la-nina-yang-bisa-berdampak-bencana-di-indonesia?page=all.
Penulis : Achmad Nasrudin Yahya
Editor : Krisiandi
Download aplikasi Kompas.com untuk akses berita lebih mudah dan cepat:
Android: https://bit.ly/3g85pkA
iOS: https://apple.co/3hXWJ0L
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Apa itu Fenomena La Nina yang Bisa Berdampak Bencana di Indonesia?", Klik untuk baca: https://nasional.kompas.com/read/2020/10/11/14552641/apa-itu-fenomena-la-nina-yang-bisa-berdampak-bencana-di-indonesia?page=all.
Penulis : Achmad Nasrudin Yahya
Editor : Krisiandi
Download aplikasi Kompas.com untuk akses berita lebih mudah dan cepat:
Android: https://bit.ly/3g85pkA
iOS: https://apple.co/3hXWJ0L
Dampak utama dari fenomena La Nina yaitu meningkatnya intensitas curah hujan di Indonesia. Namun, akibat kondisi topografi Indonesia yang berbeda pada tiap-tiap daerah maka dampak La Nina tersebut pun tidak seragam di wilayah Indonesia.
Maka dari itu, Presiden Indonesia memerintahkan jajarannya untuk mengantisipasi dampak fenomena tersebut pada berbagai sektor di Indonesia terkhusus sektor Perikanan, Pertanian dan Perhubungan (setkab) (Baca: Agro-Maritim 4.0 : Masa Depan Pertanian dan Kelautan Nasional di Era Industri 4.0).
Para ahli telah memperediksi bahwa fenomena La Nina akan sering terjadi di masa depan. Fenomena ini akan berdampak terhadap peningkatan tinggi permukaan laut dan intensitas hujan, La-Nina juga meyebabkan meningkatnya intensitas gelombang laut sehingga berdampak terhadap hilangnya kawasan budidaya di pesisir dan pantai Indonesia.
Selain itu, La Nina juga memberikan dampak terhadap perubahan iklim global meliputi peningkatan angin pasat timur, sirkulasi Monsoon di wilayah Pasifik bagian Timur, akumulasi curah hujan menjadi berkurang. Sehingga mengakibatkan cuaca menjadi lebih dingin dan juga kering.
Terjadinya potensi hujan yang turun yang terdapat di sepanjang perairan Pasifik Ekuatorial Barat, yakng meliputi Indonesia, Malaysia, dan jugabagian utara Australia. Hal ini menyebabkan cuaca menjadi hangat dan juga lembab
Jika El Niño mengakibatkan berkurangnya upwelling, dengan menyebabkan air laut menjadi lebih hangat dan mengurangi kelimpahan fitoplankton di Laut maka fenomena La Niña adalah kebalikanya. Fenomena ini menyebabkan peningkatan fitoplankton sehingga berimplikasi terhadap rantai makanan di Lautan (noaa.gov) (Baca: Bukan Sihir, Begini Penjelasan Ilmiah Fenomena Laut Berdarah).
Kondisi Laut Indonesia akan menjadi lebih hangat sehingga pasokan klorofil-a menurun dan berdampak terhadap pasokan hasil tangkapan nelayan.
Fenomena ini pernah terjadi pada 2016 silam, yang menyebabkan penurunan produksi Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Prigi. Total produksi dari Agustus hingga akhir Juli 2016 hanya mencapai 2.817 ton. Total produksi tersebut tiga kali lebih rendah dibandingkan akhir Juli 2015 yaitu 7.307 ton (KKP News).
Walaupun demikian, fenomena La Nina memberikan dampak positif terhadap produksi perikanan tuna. Akibat suhu laut bagian barat Samudera Pasifik hingga Indonesia menghangat, sehingga ikan tuna dari Pasifik Timur melakukan migrasi ke wilayah tersebut (Baca: Ikan Tuna, Penangkapan dan Pengembangan Budidaya).
Migrasi tersebut bedampak terhadap peningkatan populasi ikan tuna di wilayah Indonesia dan berimplikasi terhadap hasil tangkapan nelayan.
Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Malang, Jawa Timur, melaporkan hasil produksi tangkapan ikan laut di wilayah selatan mencapai 11.500 ton pada Januari-Desember 2015. Angka tersebut terus meningkat hingga 3,8% dibanding tahun 2014 yaitu 11.077 ton (Jatimprov).
Posting Komentar